KLIK JUGA LAMAN DIBAWAH INI :
Kamis, 16 Januari 2014
Selasa, 02 April 2013
SAKRAMEN BAPTIS KATOLIK
Baptis merupakan langkah
pertama dan utama menjadi seorang Kristen. Baptis merupakan sakramen. Artinya,
“bahasa isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali berbicara lebih kuat
dari bahasa-bahasa lain manapun. Sebab bahasa isyarat sifatnya universal. Dalam
sakramen, Tuhan mempergunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak dan
juga tindakan-tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa
kita. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan mempunyai
kuasa untuk mengubah orang yang menerimanya.
BAHASA ISYARAT TUHAN
Mengejutkan bahwa bahasa isyarat dalam Sakramen
Baptis bukan hanya air, tetapi juga tindakan mencelupkan atau menenggelamkan.
Ketika kalian mencelupkan sesuatu ke dalam suatu cairan, maka entah cairannya
atau sesuatu yang kalian celupkan itu akan berubah. Misalnya, jika kalian
mencelupkan sepotong kain yang terkena noda ke dalam cairan pencuci, maka
cairan tersebut akan melenyapkan noda yang menempel pada kain. Kita semua
dilahirkan ke dalam dunia yang telah ternoda oleh ketidakacuhan dan ketamakan.
Itulah yang disebut “Dosa Asal”.
Dalam Sakramen Baptis,
air dituangkan atas kita. Hasilnya sama. Kita secara perlahan-lahan dilebur
menjadi satu dalam Kristus, namun kita tidak kehilangan identitas pribadi kita.
Kita mempersatukan hidup kita dengan hidup-Nya. Kita menjadi bagian dari-Nya
dan Ia menjadi bagian dari kita. Pembaptisan hanyalah merupakan awal dari suatu
proses sepanjang hidup untuk bersatu dengan Yesus. Hendaknya kita tidak hanya
mempersatukan diri dengan-Nya secara fisik, tetapi juga secara mental dan
spiritual juga. Doa, membaca Kitab Suci dan menerima sakramen-sakramen
merupakan bagian dari proses tersebut.
Dengan kata lain, Baptis
bukan hanya sekedar upacara belaka. Baptis merupakan awal dari usaha sepanjang
hidup untuk berubah agar dapat bersatu dengan Yesus. Tujuan akhirnya adalah
kita akan berbagi hidup dan kuasa dengan-Nya di dunia ini dan kelak
selama-lamanya di surga.
ASAL MULA SAKRAMEN
BAPTIS
Apabila kita berbicara
tentang pembaptisan, biasanya pikiran kita langsung tertuju kepada Yesus.
Baptis sendiri sesungguhnya sudah ada lama sebelum Yesus. (Tetapi, Ia
mengubahnya dan memberinya kuasa baru!).
ASAL MULA PEMBAPTISAN
MENURUT KITAB SUCI
Berabad-abad sebelum
Kristus, umat dalam Perjanjian Lama percaya bahwa segala bentuk kontak dengan
dunia luar mencemarkan mereka. Sebelum mereka boleh makan atau berdoa, terlebih
dahulu mereka harus membersihkan diri. Hal ini tampak nyata ketika mereka
berdoa pada hari Sabat.
Orang-orang Yahudi wajib
membersihkan diri mereka dalam suatu kolam ritual yang disebut mikveh. Kolam
tersebut harus diisi dengan air yang mengalir (kadang-kadang disebut “air
hidup”) dan mereka harus menenggelamkan diri sepenuhnya ke dalam air. Mereka
juga memerlukan seseorang untuk menjadi saksi dalam upacara ini. Kaum pria
wajib melakukannya setiap hari Jumat malam, sementara kaum wanita melakukannya
hanya sebulan sekali. Banyak orang melakukan ritual pembasuhan diri setiap
minggu. Ia mengatakan Yahudi yang saleh masih melakukan praktek ini.
PEMBAPTISAN YESUS
Yohanes Pembaptis - sepupu Yesus - mengajarkan
bahwa orang tidak perlu bahwa satu kali upacara pembersihan diri saja sudah
cukup untuk mempersiapkan diri bagi kedatangan sang Juruselamat, asalkan mereka
mengubah cara hidup mereka yang lama.
Baptisan Yohanes hanya
merupakan simbol perubahan; baptisan itu sendiri tidak mempunyai kuasa untuk
melakukan perubahan-perubahan tersebut. Yesus menambahkan kuasa ini ketika
Yohanes membaptis-Nya di Sungai Yordan.
“Ia membaptis Kristus,
yang berkuasa atas pembaptisan, dalam air yang dijadikan kudus oleh Dia yang
dibaptis.” ~ Prefasi pada
Pesta St. Yohanes Pembaptis
Yesus berkata kepada
para murid-Nya:
“Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu.” ~ Matius 28:18-20
PEMBAPTISAN PADA MASA
GEREJA PERDANA
Gereja Perdana
melaksanakan pembaptisan dalam beberapa cara. Karena sebagian besar yang
dibaptis adalah orang dewasa, pembaptisan yang umum adalah dengan membenamkan
orang yang dibaptis ke dalam air. Peristiwa itu akan mengakibatkan perasaan
tenggelam sesaat. Jadi, ketika mereka yang dibaptis muncul kembali dari air,
mereka akan mengalami rasa bangkit dari mati. Hal ini melambangkan
keikutsertaan dalam kebangkitan Yesus sendiri.
Di kemudian hari, ketika
pembaptisan dilakukan atas bayi-bayi juga, terjadi perubahan dalam cara
pembaptisan yaitu dengan menuangkan air. Gereja-gereja lain menolak gagasan
pembaptisan bayi. Gereja Katolik mempraktekkannya seturut sabda Yesus, “Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka…”
Dikisahkan juga dalam Kitab Suci mengenai pembaptisan seluruh anggota keluarga.
“Seketika itu juga ia
[kepala penjara di Troas] dan keluarganya memberi diri dibaptis.”
Kisah Para Rasul 16:33
“Aku akan mencurahkan
kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan
dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.”
Yehezkiel 36:25
UPACARA PEMBAPTISAN
Sakramen Baptis
menyangkut lebih dari sekedar mencelupkan atau menenggelamkan ke dalam air.
Gereja menambahkan bahasa-bahasa isyarat lain guna mempertegas maknanya.
Berikut ini gambaran dari suatu upacara pembaptisan bayi. Upacara baptis dewasa
tak jauh berbeda.
Dua dari bahasa isyarat
dalam Sakramen Baptis terdiri dari “mengurapi” atau mengoleskan minyak. Para
orangtua biasa mempergunakan baby oil untuk melindungi bayi mereka. Minyak
tersebut berguna untuk membersihkan kulit bayi tanpa menjadikannya kering dan
juga untuk melindungi bayi dari kuman-kuman. Sebelum pembaptisan, imam menandai
dahi bayi dengan Tanda Salib. Sesudah pembaptisan, imam mengurapi dahi bayi
dengan minyak krisma - suatu campuran minyak dan balsem wangi - dengan membuat
Tanda Salib. Kata “Kristus” berarti “yang diurapi dengan minyak” dan dengan
demikian anak tersebut sungguh sudah menjadi seorang Kristus.
Bahasa isyarat lainnya
adalah baju atau kain putih yang dikenakan imam pada si bayi. Praktek ini
dimulai ketika umat Kristen Perdana seluruhnya ditenggelamkan ke dalam air
dalam upacara pembaptisan. Mereka akan melepaskan baju luar mereka sebelum
upacara dan sesudahnya mengenakan baju yang baru. Sebagian keluarga mewariskan
baju baptis dari generasi ke generasi.
Bahasa isyarat terakhir
dinyatakan dengan pemberian lilin menyala kepada orangtua bayi. Lilin menyala
melambangkan Kristus yang telah bangkit dengan mulia.
WALI BAPTIS
Setiap calon baptis
harus mempunyai Wali Baptis, namun demikian hal ini bukan demi sahnya
pembaptisan. Tanpa wali baptis, pembaptisan tetap sah. Wali Baptis memiliki dua
peran utama:
1. Saksi upacara
pembaptisan; 2. Melindungi anak baptis.
Saksi Upacara Pembaptisan
Dalam Pembaptisan, wali
baptis bertindak sebagai wakil umat / jemaat. Oleh karena itu, biasanya ada
beberapa persyaratan yang bersifat umum yang ditetapkan oleh gereja setempat
untuk para wali baptis ini.
Melindungi Anak Baptis
Peran kedua membutuhkan
jauh lebih banyak keterlibatan, yaitu hubungan yang berkelanjutan dengan si
anak. Mungkin kita menginginkan seorang teman atau sanak-saudara yang tinggal
jauh untuk menjadi wali baptis, tetapi sungguh lebih baik memilih wali baptis
yang dapat bertemu dengan anak secara teratur.
Ketika anak merayakan
hari pembaptisannya, wali baptis hendaknya ikut ambil bagian. Wali baptis
adalah orang yang dianggap tepat untuk menjadi penjamin pada Sakramen Penguatan
ketika anak sudah cukup besar untuk menerimanya. Jika sesuatu terjadi yang
menghalangi orangtua untuk membesarkan anaknya dalam iman Katolik, wali baptis
mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa anak memperoleh pendidikan iman
yang diperlukan.
Apabila kita hendak
memilih seseorang untuk menjadi wali baptis bagi anak, patutlah kita
mempertimbangkan hal-hal berikut ini. Apakah ia dapat menjalin hubungan yang
berkelanjutan dengan anak? Apakah mereka merupakan teladan yang baik? Apakah
mereka dapat membantu dalam membesarkan anak dalam iman? Apakah mereka dapat
bertindak sebagai penjamin dalam Sakramen Penguatan?
PENTING BAGI PARA
ORANGTUA
Ketika seorang bayi /
anak dibaptis, keputusan untuk menjadi orang Katolik merupakan keputusan
orangtua. Gereja mengijinkan pembaptisan anak-anak karena tanggung-jawab iman
anak ada dalam tangan orangtua berkat Sakramen Perkawinan. Maka, tugas utama
orangtua adalah membantu anak supaya perlahan-lahan keputusan untuk menjadi
orang Katolik adalah keputusan pribadinya. Tugas ini berat, sehingga Gereja
menganjurkan perlu adanya wali baptis. Artinya, tugas lain dari wali baptis
adalah ambil bagian dalam tugas dan tanggung jawab orangtua tersebut.
CATATAN TENTANG
SAKRAMEN BAPTIS
Pada umumnya hanya seorang uskup, imam atau
diakon tertahbis yang dapat membaptis seorang menjadi Katolik. Tetapi, dalam
keadaan darurat, siapa pun dapat dan wajib melakukannya.
Ada tiga bentuk pembaptisan: dengan air, dengan
darah (martir), dan dengan kerinduan (seseorang yang rindu menerima
pembaptisan, tetapi meninggal dunia sebelum sempat menerimanya).
Air baptis biasanya diberkati pada Malam Paskah,
yaitu malam sebelum Minggu Paskah.
Jemaat Kibbutz Yahudi mendirikan suatu tempat
pembaptisan bagi umat Kristiani, letaknya sebelah selatan Danau Galilea. Siapa
pun diperkenankan untuk mempergunakannya secara cuma-cuma.
Sebanyak kurang lebih 3.000 orang ikut ambil
bagian dalam pembaptisan masal pada hari Pentakosta yang pertama.
Sumber : “The Sacramental
Gazette, Baptism: What is it?”; Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing
Company; www.catholic1.com
Diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya
· Orang tua dari balita menemui ketua lingkungan meminta surat pengantar untuk Baptisan Balita (usia baptisan balita di bawah umur 5 tahun).
· Orang tua dari balita mencari/memilih (dan menghubungi) sendiri wali baptis untuk anak mereka. wali baptis sesuai dengan jenis kelamin anak yang mau dibaptis.
· Datang & mendaftarkan anaknya di Sekretariat Paroki sambil membawa surat-surat berikut :
o Surat pengantar untuk baptisan balita dari ketua lingkungan
o Fotokopi surat perkawinan Gereja orang tua
o Fotokopi akte kelahiran / surat keterangan lahir dari rumah sakit/bidan
o Kartu keluarga katolik
· Jika tidak ada perubahah, baptisan diadakan sesuai dengan agenda dari masing-masing paroki. Dimana sebelumnya, orang tua & wali baptis wajib mengikuti pertemuan Rekoleksi / pembinaan di Gereja.
· Orang tua wajib menyediakan iurastolae untuk romo. Besarnya iurastolae sebesar kemampuan dan rasa syukur keluarga atas rahmat keselamatan dan pelayanan yang telah diterima. Iurastolae diberikan secara langsung/dikumpulkan oleh petugas kepada romo yang membaptis. Bagi yang benar-benar tidak mampu boleh tidak memberi iurastolae.
· Tidak perlu menyediakan biaya-biaya lain berkenaan dengan persiapan dan pelayanan Baptis ini, karena semua sudah disediakan oleh Gereja secara gratis.
· Mengambil Surat Baptis di Sekretariat Paroki.
FOTO BERSAMA
Langganan:
Postingan (Atom)